Ada seorang muslim bernama Sheikh Muszaphar Shukor, dia berkewarganegaraan Malaysia dan ikut bergabung dengan tim rusia, dia mempunyai misi selama 10 hari di stasiun luar angkasa atau ISS , disana dia menjalani eksperimen terkait bedah tulang, Sheikh Muszaphar tidak hanya menjalani misi itu tapi dia juga mempunyai misi lain, Karena dia seorang muslim dia membawa misi yang religius. Dia mengatakan bahwa dia ingin melaksanakaan shalat di luar angkasa, sebagai seorang muslim dia ingin memberitahukan kepada dunia bahwa sholat adalah ibadah yang sangat agung” katanya. Ibadah memang tidak boleh ditinggalkan kapanpun dan dimanapun meskipun itu di luar angkasa.
Dia tidak hanya ingin menjalankan sholat saja, tapi pada waktu itu umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Puasa di luar angkasa ternyata lebih cepat di banding dengan bumi, itu karena stasiun luar angkasa mengelilingi bumi sebanyak 16 kali sehari , itu sama saja dengan melihat matahari 16 kali sehari , itu berarti waktu sholat dan puasa lebih cepat dong. Tidak hanya itu di stasiun luar angkasa juga bisa terdengar suara adzan, itu sebuah kekuasaan allah.
Kita pasti bertanya bagaimana seorang astronot mencari arah kiblat. Jika berada di luar angkasa kita akan sulit menentukan arah kiblat , tapi apabila ia mengahadap bumi itu sama saja dengan menghadap kiblat , Jika tidak bisa menentukan dimana arah bumi maka manusia harus shalat dengan menghadap keempat arah , untuk berwudhu mungkin akan sulit bagi seorang astronot karena di pesawat tidak disediakan air , maka seorang astronot diperbolehkan untuk tayammum, jika tidak bisa wudhu dan tayammum maka shalat harus tetap dilakukan walaupun tanpa wudhu dan tayammum ,tapi dilain hari dia harus mengqadha shalat yang dia lakukan tanpa wudhu dan tayammum.
Adapun hubungannya dengan meringkas shalat (qashar) atau mengerjakannya secara utuh , jika dia mengetahui bahwa lamanya dia tinggal akan memakan waktu sepuluh hari atau lebih di suatu tempat maka ia harus mengerjakan shalat secara utuh . Tapi jika tidak demikian maka ia harus mengerjakannya dengan meringkasnya (qashar) . Namun jika profesinya adalah seorang astronot , apabila setelah perjalanan pertama ia tidak tinggal di negerinya selama lebih dari sepuluh hari , maka pada perjalanan kedua shalatnya harus dikerjakan secara utuh . Namun apabila ia menetap selama sepuluh hari di negerinya atau di luar negerinya lalu kembali melakukan perjalanan luar angkasa maka shalatnya harus dikerjakan secara ringkas (qashar).